“Pekerjaan kita tidak hebat”, aku pernah mendengar kalimat itu. Entah itu bermaksud merendah atau memang tidak puas dengan pekerjaan sendiri beserta tanggung jawab dan predikat lain yang melekat bersama pekerjaan itu, atau mungkin saja sedang berada di titik jenuh akan rutinitas pekerjaan. Percayalah, terkadang aku pun sering memandang pekerjaanku seperti itu.

Januari 2005, TMT penugasanku sebagai auditor di Badan Pengawasan Daerah (sekarang Inspektorat). Aku waktu itu masih fresh graduate yang sangat mengidamkan berkarir di sektor swasta, jadi eksekutif muda, berpenghasilan besar, berstelan blazer keren, tidak perlu terkungkung dalam seragam yang warna dan desain nya sangat membosankan :-p I was in denial πŸ™‚ Iya, waktu itu aku meninggalkan on job training di salah satu perusahaan property di Jakarta, lalu kecewa dengan proses seleksi untuk posisi direksi di satu perusahaan besar yang waktu itu dilaksanakan dengan menggaet beberapa universitas negeri ternama di Indonesia, mereka tidak pernah mengumumkan hasil akhir dari proses seleksi itu secara fair seperti yang dijanjikan… Hingga selang tak berapa lama, aku lulus jadi PNS.

Hari-hari pertama ku bekerja sebagai auditor diwarnai dengan marah terhadap diri sendiri karena terjebak dalam pekerjaan yang tidak aku sukai. Iya, lulusan teknik sipil yang ditempatkan sebagai auditor. Bidang auditku pun tidak selalu masalah proyek fisik, sering nya malah program-program sosial dan perekonomian! Sebagai PNS daerah, memang harus siap ditempatkan di instansi mana pun, mau itu dinas teknis, badan perencana hingga kelurahan sekalipun, berbeda dengan PNS departemen/kementrian. Hanya saja waktu itu aku terlanjur tidak suka dengan pekerjaanku dan masih bertahan dengan mimpi idealisku tentang karir. But anyway, toh aku bertahan juga hingga terakhir, Jumat lalu, aku resmi dipindahkan ke salah satu dinas teknis yang menangani masalah pengairan. Hampir 8 tahun ya? dikurangi dulu dengan 3 tahun absen dari pekerjaan itu Β karena melanjutkan pendidikan lagi.

Selama kurun waktu itu aku berada di bawah didikan Atasan dan kolega yang strict. Anggota team ku dulu itu PNS senior semua dengan pengalaman kerja sudah puluhan tahun. Memang benar, orang dewasa itu lebih arif karena pengalaman mereka πŸ™‚ Aku yang cukup lama berada di masa-masa “in denial”, berkat didikan mereka akhirnya berhasil juga (pinjam istilah Atasan ku) berada pada lintasan orbitku πŸ™‚ Dulu itu merasa bangga juga (dan keren hehehe) ikut terlibat menjadi anggota team audit investigasi yang menangani kasus super serius. Uhmm.. jadi ingat waktu pertama kali mem-BAP, lalu saat dimarahi panitia Diklat Pra Jabatan karena aku meninggalkan diklat demi kasus itu, operator data nya kan aku hehe πŸ˜€ Dengan Team itu pula aku mengecek banyak proyek yang lokasinya kadang hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki melewati gang sempit (bener-bener sempit, ukuran tubuhku yang sekarang kayaknya bakal nyangkut deh klo mesti lewat gang itu lagi :-p), kadang ke perkampungan kecil yang jauh dari mana-mana, ke tengah sawah (pernah sepatu ku jebol saat melompat lalu kecebur lumpur di salah satu proyek irigasi, sedihhhh), lalu bertemu wajah-wajah renta yang tak pernah tau bahwa mereka menjadi korban segelintir orang yang menyalahgunakan apa yang semestinya menjadi Β hak mereka, pernah pula aku dijadiin “pemberat” mobil kami yang waktu itu slip kejebak lumpur di tengah hutan bambu hahaha πŸ˜€

Lalu saat aku pulang setelah hampir tiga tahun sekolah, wajah-wajah senior yang membimbingku itu tak ada lagi di kantor, mereka sudah purna tugas, pensiun… Kecuali Atasan ku yang paling strict sedunia itu πŸ˜€

Nah, mestinya dari Senin kemaren aku sudah bertugas di kantor yang baru tetapi aku masih terikat surat tugas dan tanggung jawab untuk merampungkan program auditku yang terakhir. Alhasil seminggu ini aku masih mengaudit beberapa (banyak sekali bo!) proyek untuk instansi lama ku dan aku masih hutang sebanyak satu setengah laporan hasil audit kepada Bapak & Mbak πŸ˜€

Cuaca yang terlalu cerah & panas hari ini πŸ˜€

Hari ini adalah hari terakhir ku mengecek proyek fisik bersama Atasan ku itu (sebut saja petugas survey lapangan team kami saat ini memang cuma ada aku dan Bapak :-p). Mengecek proyek fisik di kelurahan paling ujung di kota ini, tidak semua proyek memang, kami memilih 6 proyek secara random. Kalau dilihat dari lokasi masing-masing proyek, seharusnya hari ini prosesnya akan jadi lebih cepat karena letaknya di RW-RW yang berdekatan. Pun item pekerjaan untuk jalan setapak, rehab rumah tidak layak huni, saluran irigasi dan optimalisasi saluran air bersih itu pun tidak terlalu banyak. But never judge project by its location on paper :-p Tipeng sangat!

Total hari ini aku berjalan kaki sepanjang 1300 m Β jalan setapak (PP jadi 2,6 km), lalu ditambah 419 m saluran irigasi,Β ditambah berjalan kaki lagi sepanjang 900 m pipa saluran air (PP jadi 1,8 km :-p) plus berjalan kaki dari mobil ke titik nol lokasi proyek yang tidak bisa dilewati kendaraan. Dan kelurahan ini, Omigod, kenapa topografi mu rumit sekali hingga harus mendaki bukit menuruni lembah seperti tadi ? Hahaha πŸ˜€ jangan ditanya capek, panas dan haus nya seperti apa :-p

Dan ini mungkin karena terlalu lama menetap di negara paling datar alias Belanda kali yaaa :-p There was a breath taking moment today! Literally it was breath taking ! Pas mengecek proyek optimalisasi saluran air bersih itu tadi, aku benar-benar hampir tidak bisa bernafas. Tersengal-sengal, dadaku nyeri sekali. Lokasi sumber air bersih itu jauh di bawah lereng perbukitan dengan kecuraman sekitar 50 derajat, dengan jalan setapak sepi yang dikelilingi pohon-pohon bambu. Saat menuju ke sumber air sih aku masih seger-seger aja karena jalannya menurun. Baru pada saat kembali ke atas, dadaku sesak sekali. Dasar memang sudah lama sekali tidak aerobik dan berlatih yoga :-p Nafasku susah sekali, capek dan haus yang teramat sangat (great to know my water jug was so f*cking empty :-p)Β ditambah lagi ransel yang memberatiku langkahku, waduwhhhh… engga lucu aja semaput di tengah jalan, dan malu juga sama bapak-bapak dari LPM yang tadi mendampingi kami. Mereka itu para pensiunan yang masih mau aktif mengurusi pembangunan negeri ini.

ini nih tempat “breathtaking” moment tadi, merupakan salah satu jalan setapak menuju sumber air yang dipasangi pipa saluran air. Dulu warga sekitar harus memikul air dari sumber air di bawah lereng ke perkampungan. Sekarang setelah sumber air nya dikelola dalam beberapa tahap (salah satu tahapnya dari CSR), warga di 3 kampung tidak perlu lagi jauh-jauh memikul air bersih πŸ™‚

Btw, siapa tuwh yang kemaren bikin thesis tentang partisipasi komunitas dalam pembangunan ? Kayaknya pertanyaan riset nya bisa lebih diarahkan kepada “why young people tends to have the lowest participation in community based development?”. Habisnya menurut pengamatanku dari 2 program audit terakhir di 10 or 11 kelurahan, masyarakat yang terlibat langsung di program-program bertype CBD dengan basis partisipasi masyarakat ya kebanyakan para orang tua, senior citizens, pensiunan gitu… Young people only want to participate in projects that generate money! Is that so???

Balik lagi, akhir-akhir ini memang kondisi ku sering drop. Dua bulan terakhir klo dikumpul-kumpul billing buat ke dokter dan obat bisa untuk beli satu meja mungil buat nge-teh niyyy :-p Ini saja bibirku bengkak seperti digigit nyamuk, lalu memar-memar biru di tangan dan kaki, salah satu tanda regular klo tubuhku sudah sangat kecapean πŸ™‚ Renovasi, pindah rumah, lalu ngecek proyek fisik, terus ke Jogja untuk wisuda, lalu ngecek proyek fisik lagi… Β I need a looooongggg break in this short 2 days weekend :-p

Well, finally the audit is over. I laughed at myself, with this last audit experience πŸ˜€ Bapak tadi bilang aku KO justru di audit terakhir ku πŸ˜€ Tidak apa-apa, Bapak. There you have a moment to remember about your student, me πŸ™‚

Owyaa, tentang ledekan teman-temanku saat aku balik-balik dari proyek dengan penampakan kucel dan muka merah terbakar sinar matahari “Derceu, lu ngapain jauh2 ka walanda klo balik balik ke sawah lagi?”, “Derceu, jig atuh pindah ka Pusat”. Lalu pertanyaan adikku “Lu jauh-jauh sekolah ke Eropa, kerjaan lu tetap aja ngurusin irigasi gitu ?”. Hahaha πŸ˜€ Guys, if you came to me with that question five or six years ago, i might agree to leave this job so very soon :-p But now, i’ve seen the poorest of the poor, i’ve learned a lot from every single step i took. Sekarang aku mengerti kalimat “siap ditempatkan dimana saja” itu πŸ™‚

one of the end user of the project πŸ™‚

Meski nanti aku pasti punya titik jenuh lagi terhadap pekerjaanku, meski nanti ada lagi saatnya aku ngomel-ngomel dan mengeluh tentang pekerjaanku, aku berharap semoga tetap bisa menjaga integritas, loyalitas, dan keikhlasan dalam bekerja. Mungkin nanti, jika jenuh mulai menyerang, aku akan segera mencari peluang kembali ke Eropa mungkin ? Belajar lagi tentang pengairan biar paham πŸ™‚ Owh, therefor India shall be on the list πŸ˜‰

Β Jadi, dimana pun aku ditugaskan, i guess now i can take it fair enough πŸ™‚ Seperti kata Bapak kemaren pagi “Derceu, kamu itu sekarang “pensiunan auditor”, kamu tetap harus menjaga kinerja kamu seperti waktu kamu di sini, bahkan harus lebih!” Siap, Bapak! Doakan saya πŸ™‚